Selain menulis buku, saya cukup sering menulis berbagai artikel di media dan beberapa kali menjadi ghostwriter. Menulis artikel di media mungkin sudah lazim didengar, tapi ghostwriter... apakah itu?
Ghostwriter kalau diterjemahkan secara sederhana
adalah penulis bayangan yang melayani
permintaan pihak lain (atau klien) untuk menulis. Pada umumnya, buku yang
diminta klien adalah untuk kepentingan self
branding. Buku untuk kepentingan self
branding biasanya memuat perjalanan kehidupan seseorang, nilai-nilai yang
ia pelajari, ilmu yang ia bagikan, atau perubahan yang terjadi dalam
kehidupannya yang ia harapkan menjadi ilham bagi orang lain. Silakan menyimak
beberapa contoh berikut:
·
Seorang
dokter atau pekerja sosial yang menyembuhkan banyak orang atau melayani
masyarakat dapat membuat kisah perjalanan karir dan pelayanannya sehingga
menginspirasi orang lain berbuat kebaikan bagi sesama.
·
Seorang
trainer atau motivator dapat membuat
buku yang berisi perjalanan hidup, nilai-nilai yang berharga, juga hikmah
meraih kesuksesan atau menggali potensi diri yang menginspirasi dan menggugah
hidupnya serta orang-orang di sekitarnya, terutama orang-orang yang hadir dalam
seminar atau kelas-kelasnya.
·
Seorang
pengusaha dapat membuat buku yang berisi catatan perjuangan jatuh-bangunnya
merintis usaha, mengembangkan usaha, hingga akhirnya usahanya memberi hasil dan
menyejahterakan orang lain.
·
Seorang
yang ingin tampil di panggung politik mungkin perlu merumuskan visi, misi, dan
harapan yang hendak dicapainya, menyebarkannya kepada sebanyak mungkin orang.
·
Dan
masih banyak contoh lainnya.
Dari contoh-contoh di atas, dapat
disimpulkan bahwa tiap orang dapat menjadi sumber inspirasi, pelajaran, atau
ilmu bagi orang lain melalui karya berupa buku. Namun, tidak semua orang yang
disebut di atas, juga orang-orang lain, memiliki
waktu atau kecakapan menulis buku. Oleh karena itulah jasa seorang ghostwriter (penulis bayangan)
diperlukan.
Jadi, selain sebagai klien, orang yang
kisah hidup atau pelajaran dari hidupnya nantinya ditulis menjadi buku disebut
sebagai narasumber atau penulis. Ghostwriter
menggarap penulisan buku hingga tuntas, dan namanya tidak dicantumkan. Agar lebih jelas, tugas ghostwriter akan dijabarkan dalam poin
selanjutnya.
2. Tugas Ghostwriter
Untuk menulis buku, ghostwriter akan
mewawancarai klien atau narasumber atau penulis, yang selanjutnya akan disebut narasumber. Di dalam wawancara, ghostwriter akan menggali berbagai informasi yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan
penulisan buku. Penyelesaian suatu buku tergantung dari ketebalan buku yang
disepakati. Biaya penulisan buku relatif, tergantung banyak hal seperti
ketebalan buku, jumlah wawancara yang diadakan, dan sebagainya. (Untuk lebih
jelas, tarif akan dijabarkan di poin ketiga.)
Ghostwriter tidak berperan dalam penerbitan buku. Ghostwriter bertugas menulis buku sampai
selesai. Penerbitan buku sepenuhnya berada di tangan narasumber. Perlu dicatat, tugas ghostwriter
tidak hanya mengetik, namun sampai pada dua tahap berikutnya, yaitu menyunting
(editing) dan menyempurnakan (proofing) naskah.
Namun demikian, ghostwriter dapat juga memberikan konsultasi seputar penerbitan buku bila diperlukan: dari mendesain sampul buku, me-layout halaman, mengurus ISBN, atau membantu
mencarikan percetakan.
Saya, karena sudah berpengalaman
menerbitkan buku di beberapa penerbit mayor (Andi, Gloria Graffa, Gramedia
Pustaka Utama, dan Bhuana Ilmu Populer), juga bisa membantu narasumber manakala ingin naskahnya diterbitkan di penerbit-penerbit itu.
Namun, naskah yang diajukan ke penerbit-penerbit itu tidak selalu dinyatakan
layak terbit karena layak atau tidak terbitnya sebuah naskah merupakan
kebijakan internal tiap penerbitan.
Alternatif lain yang bisa ditempuh adalah
menerbitkan secara mandiri atau menjalin kerjasama tertentu dengan beberapa
penerbit yang membuka diri untuk membiayai penerbitan buku secara bersama-sama.
Menerbitkan dan mencetak buku secara
mandiri (tidak bergantung pada penerbit mayor) juga bisa jauh lebih
menguntungkan, terutama jika narasumber sudah memiliki target pembeli atau pembaca buku yang jelas. Untuk
lebih jelas, silakan simak contoh target pemasaran buku
berikut:
Narasumber
|
Target
Pembeli/Pembaca Buku
|
Pengajar (dosen atau guru)
|
murid atau mahasiswanya
|
Dokter
|
pasien yang sering berobat kepadanya
|
Trainer atau motivator
|
orang yang hadir dalam seminar atau kelasnya
|
3. Tarif Ghostwriter dan Nilai Buku
Soal tarif, saya menetapkan harga yang sangat fleksibel, mulai Rp70.000,00 (tujuh puluh ribu rupiah) hingga Rp700.000,00 (tujuh ratus ribu rupiah) per halaman. Halaman yang saya maksud adalah halaman ketik, bukan halaman buku. Untuk halaman ketik, standarnya adalah: kertas A4, huruf Times New Roman ukuran 12, spasi 1,5, margin 3-3-3-3 cm. Halaman buku biasanya menggunakan kertas A5, bukan A4. Berdasarkan pengalaman menulis, jumlah halaman buku biasanya 1,5 (satu setengah) kali lebih banyak daripada jumlah halaman ketik. (Sebagai perumpamaan, naskah setebal 100 halaman ketik akan berubah menjadi 150-165 halaman buku.)
Pertanyaannya, mengapa jarak harga begitu
besar, dari Rp70.000,00 hingga Rp700.000,00? Semoga dua gambaran berikut bisa
membantu:
Pertama, seorang motivator meminta saya menulis
buku tentang nilai-nilai kesuksesan yang diajarkannya. Untuk menulis, saya
hanya perlu mendengarkannya berbicara di seminar-seminar yang ia selenggarakan.
Rekaman seminarnya, ditambah beberapa hal lainnya yang ia anggap perlu, sudah
bisa menjadi bahan menulis buku.
Kedua, seorang anak dari seorang pria
yang sudah meninggal ingin menulis buku tentang ayahnya. Untuk menulisnya, saya
diminta memahami sejarah keluarga besar, kiprah sang ayah, dan berbagai
relasi sang ayah semasa ia hidup. Tentu, data-data demikian tidak mudah untuk
ditelusuri dan dicari.
Semoga lewat dua gambaran di atas
pembaca memahami, bahwa tingkat kesulitan penulisan sebuah buku sangatlah
beragam.
Mungkin pembaca ada yang menganggap tarif
itu mahal. Namun, kalau kita memahami nilai sebuah buku, anggapan itu bisa
berubah. Dari pengalaman saya, setidaknya buku memiliki dua nilai penting,
yaitu komersial dan artistik-historis.
Nilai komersial buku menjadi tinggi
ketika terjual laris. Katakanlah, buku anda dicetak 3000 eksemplar, satu
eksemplar harganya Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah). Dari situ, royalti
yang anda terima (umumnya 10% dari harga jual) adalah 3000 x Rp5000,00 atau
sama dengan Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah). Padahal, untuk buku yang
dijual seharga Rp50.000,00 mungkin anda hanya perlu mengeluarkan uang sekitar Rp7.000.000,00
(tujuh juta rupiah) sampai Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk membayar
ghostwriter. Belum lagi kalau buku itu dicetak ulang, royalti anda bisa
makin besar, dan anda tidak punya kewajiban membayar biaya tambahan kepada ghostwriter.
Nilai artistik-historis buku muncul
ketika buku menjadi dokumentasi atau referensi yang berharga, walaupun
tak terjual laris. Buku itu bisa menjadi catatan atau pembelajaran penting yang
dipelajari oleh orang-orang yang terhubung dengan anda seperti keluarga, rekan kerja,
atau para sahabat.
4. Tambahan: Tidak Selalu
Berbentuk Buku
Selain
buku, saya pernah beberapa kali diminta beberapa pihak untuk menulis artikel. Prinsip
kerjanya sama seperti ghostwriter,
tapi klien hanya meminta saya menulis artikel yang panjangnya 400-1000 kata.
Artikel itu dikirimkan ke media, atau dimuat di situs web yang sesuai konten artikel.
Berapakah tarifnya? Untuk artikel seperti
ini, saya mematok harga dari Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) hingga
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), lagi-lagi tergantung panjang-pendeknya dan tingkat
kesulitannya. Dasar bagi pematokan harga ini adalah jumlah honor yang umumnya saya
terima dari beberapa media yang pernah memuat tulisan saya.
5. Penutup
Demikian
yang saya sampaikan. Terima kasih bila sudah menyimak sejauh ini. Anda tertarik
membuat buku? Sebagai catatan kehidupan yang ingin anda bagikan untuk
orang-orang di sekitar anda, bisa. Sebagai cara untuk membagi ilmu atau
pengalaman, bisa. Atau sebagai cara untuk mendapatkan keuntungan finansial
karena anda sudah memiliki target pembeli, juga bisa.
Kalau ada hal-hal lain yang masih perlu
ditanyakan atau ingin diobrolkan, silakan mengontak saya lewat e-mail sidiknugroho@yahoo.com atau nomor
ponsel/Whatsapp 081.334.130.130.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.