Novel Surga di Warung Kopi sudah beredar di Gramedia sejak Januari 2014 lalu. Ada beberapa tanggapan, komentar, juga resensi yang dibuat oleh pembaca untuk novel tersebut. Berikut beberapa kutipan resensi atas novel tersebut:
"Ada emosi-emosi yang bercampur aduk sepanjang membaca novel ini---terlebih emosi kesedihan yang sangat mendalam. 'Surga di Warung Kopi' berfokus pada sosok Iwan yang sedang berada di dunia antara kehidupan dan kematian yang 'berbasis' di warung kopi."
-- Iman Budi Santosa, Bandung, selengkapnya di sini.
"Novel ini menggabungkan latar waktu di masa lalu, masa sekarang, dan kehidupan setelah kematian, serta menggabungkan latar tempat di warung kopi, gereja, dan berbagai kota. Semua itu terangkai indah dalam balutan kalimat demi kalimat yang mengalir. Sebagaimana kehidupan, novel ini mengurai berbagai perihal kehidupan yang terkadang pelik dan memang tidak bisa ditebak."
-- Supriyadi, Yogya, resensi selengkapnya di sini.
"Sidik Nugroho dengan lembut menjalin kelindan cerita tentang kematian yang sering kita abaikan. Kita abai bahwa si mati pernah memberi hidup dan warna pada orang-orang di sekitarnya."
-- Rohyati Sofjan, Garut, resensi selengkapnya di sini.
"Cara tutur yang sangat simpel dengan alur linear membuat novel ini mudah dicerna. Enggak perlu banyak mikir, tidak perlu pakai interpretasi. Buat saya sendiri, novel ini jadi menarik karena menampilkan sisi lain kehidupan yang bagi banyak orang menjadi misteri. Yaitu gambaran seperti apa kiranya ketika kita berada di antara hidup dan mati."
-- Selengkapnya di sini.
"Bertemu dengan orang-orang yang sudah tiada, teringat pada kenangan-kenangan di masa lampau, dilanjutkan dengan perpisahan yang mengharukan, adalah konsep awal keseluruhan novel ini. Meski terdengar aneh, konsep ini terasa sangat unik."
-- Antonius Wendy, Pontianak, selengkapnya di sini.
Ada juga catatan yang dibuat oleh seorang pria bernama Richard Boughton, penderita multiple sclerosis yang tinggal di Bali, setelah membaca novel ini:
"My friend, Mike, didn't make it. I wonder why. As it happens, I was just finishing the last chapter of a book I've been reading. Surga di Warung Kopi (Heaven in the coffee café). Appropriate, no? I enjoyed the book, and even wrote to the author upon finishing. Coffee always gives me a good feeling. So does heaven."
-- Selengkapnya di sini.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.