Proses kreatif penulisan serial Kisah-kisah Si Tuan Malam
Saya menulis cerita Si Tuan Malam gara-gara melihat panti asuhan yang
terbakar. Kejadian ini saya alami pada tahun 2007, saat saya kembali ke
Singkawang, setelah hampir sepuluh tahun tidak ke sana.
Selama
tinggal di Singkawang, waktu SMP, saya beribadah tiap Minggu di sebuah
gereja kecil. Gereja itu belum memiliki gedung sendiri, masih menumpang
di sebuah aula panti asuhan. Hampir tiap Minggu saya dan kawan-kawan
seusia tampil mempersembahkan paduan suara di gereja -- saya sering
kebagian bermain gitar.
Seringkali, setelah ibadah selesai, saya
bertemu dengan anak-anak panti asuhan. Mereka rata-rata berasal dari
pedalaman Kalbar, kurang bisa akrab dengan saya dan teman-teman saya di
gereja. Namun, beberapa kali saya membayangkan nasib mereka yang jauh
dari orangtua mereka. Saat itu saya berpikir, mungkin perlu usaha lebih
keras untuk menjalani kehidupan seperti mereka.
Tamat SMP, tahun
1995, saya pindah ke Semarang. Pada tahun 1996 dan 1997 saya sempat
kembali ke Singkawang beberapa kali. Kemudian saya kuliah di Malang,
lalu bekerja di Sidoarjo.
Pada tahun 2007, Kota Singkawang sudah
banyak berubah. Salah satu perubahan yang membuat saya terpana adalah
panti asuhan yang terletak di Jalan Diponegoro, di belakang Hotel
Mahkota, yang aulanya menjadi tempat beribadah saya dulu. Panti asuhan
itu terbakar! Masih ada beberapa dinding yang berdiri, tapi secara
keseluruhan kondisi bangunannya sudah amburadul.
Di depan panti
asuhan itulah saya kemudian merenung, membayangkan masa-masa SMP dulu.
Saya mampir ke sebuah warung, kemudian menyusun cerita berjudul
"Pencarian Kolam Mukjizat" di mana bab pertamanya saya beri judul
'Rumah-rumah yang Terbakar'. Saya pun membayangkan sebuah rumah asuh
yang saya beri nama Rumah Damai dalam cerita yang saya tulis.
Sementara
itu, nama tokoh Si Tuan Malam lahir karena saya suka begadang sejak
kuliah. Saya suka menulis pada malam hari karena suasana malam yang
lebih tenang. Pada malam hari, saya lebih leluasa menjadi "tuan" bagi
imajinasi yang mengalir dalam pikiran saya.
***
Penulisan
cerita "Pencarian Kolam Mukjizat" sempat tersendat-sendat karena
beberapa hal. Tahun 2009 cerita itu akhirnya selesai. Satu-satunya hal
yang membuat saya yakin bahwa saya harus menyelesaikan cerita itu adalah
kesaksian ilustrator saya, Angelia Lionardi.
Angelia Lionardi,
ilustrator untuk buku "Pencarian Kolam Mukjizat" cetakan pertama,
menyatakan kepada saya bahwa adiknya, yang saat itu masih SD, sangat
suka dengan cerita Si Tuan Malam itu. Saya biasanya menyerahkan beberapa
bab yang sudah selesai kepada Angelia untuk dibuatkan ilustrasi.
Bab-bab itulah yang dibaca adiknya, dan adiknya selalu menunggu-nunggu
bab-bab selanjutnya. Dari antusiasme adiknya itu juga saya mendapat ide
untuk menulis cerita itu secara berseri.
Setelah naskah dan
ilustrasi selesai semua, "Pencarian Kolam Mukjizat" saya ajukan ke
sebuah penerbit. Namun, penerbit itu tak bersedia menerbitkannya. Teman
saya satu kos memberi saran: terbitkan sendiri saja. Usul itu saya
pandang baik. Setelah modal untuk mencetak buku terkumpul, saya pun
mencetaknya dengan bantuan Yosua Agustinus Sirait yang menjadi desainer
grafis dan layouter.
Sungguh tak terduga, novel "Pencarian Kolam
Mukjizat" itu disukai murid-murid yang saya ajar di SD Pembangunan Jaya
2. Ada juga beberapa teman lain yang memesan, namun murid-murid saya
memiliki kesan yang tak terduga terhadap cerita yang saya tulis. Ada
seorang murid saya bernama Andika Constantine yang sampai
memeragakan-membayangkan cara tokoh-tokoh di dalam novel itu berkelahi
dengan serigala. Jessica Irawan, murid saya yang lainnya, menyelesaikan
pembacaan novel itu dalam sehari; dan dia selalu menanyakan kapan novel
kedua Si Tuan Malam saya tulis.
***
Begitulah sekilas proses lahirnya Kisah-kisah Si Tuan Malam. Sudah dua
cerita berhasil saya tulis. Di novel pertama (cetak ulang) dan novel
kedua, saya menggunakan ilustrator lain untuk menggarap ilustrasi, yakni
Zul M.S. Penggantian ilustrator saya lakukan untuk memudahkan
pengerjaan karena Zul M.S. tinggal sekota dengan saya di Pontianak.
Tak
lama lagi saya akan menulis novel ketiga Si Tuan Malam. Saya berencana,
akan ada empat novel Si Tuan Malam yang (akan) saya tulis. (*)
Pontianak, 26-27 Agustus 2013
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.